Honda menghabiskan masa kecilnya membantu ayahnya dalam bisnis reparasi sepeda. Pada saat 15 tahun, tanpa pendidikan formal, Honda pindah ke Tokyo untuk mencari kerja. Dia bekerja magang di sebuah bengkel pada 1922, dan setelah mempertimbangkan pekerjaannya, ia tetap bekerja di sana selama enam tahun lagi sebelum kembali ke kampung halamannya untuk memulai usaha reparasi mobilnya pada 1928 dalam usia 22 tahun.
Honda menyukai balapan otomotif dan menciptakan rekor kecepatan pada 1936. Dia kemudian mengalami cedera dalam sebuah kecelakaan yang parah - tulangnya patah termasuk di kedua pergelangan tangannya - dan berhasil dibujuk istrinya untuk berhenti membalap. Honda lalu berkonsentrasi pada usahanya, dan pada 1937 dia pindah ke pembuatan cincin-piston dengan mendirikan Industri Berat Tokai Seiki (IBTS,Tokai Seiki Heavy Industry). Pada 1948 dia menjual IBTS kepada Toyota seharga 450.000 yen (kira-kira sama dengan 1 juta dolar AS jika diukur pada tahun 2003).
Pada 1948 Honda memulai produksi sepeda motor sebagai presiden Honda Corporation. Honda mengubah perusahaan tersebut menjadi sebuah perusahaan multinasional berharga milyaran yang memproduksi sepeda motor terlaris di dunia. Rekayasa mesin Honda yang sangat baik dan pemasaran yang pintar membuat Honda berhasil melebihi penjualan sepeda motor Triumph dan Harley-Davidson di pasaran lokal mereka masing-masing.
Honda tetap menjabat presiden perusahaan hingga dia pensiun pada 1973, kemudian tinggal sebagai direktur dan diangkat sebagai "penasehat tertinggi" pada 1983. Setelah pensiun Honda menyibukkan dirinya dengan pekerjaan yang berhubungan dengan Yayasan Honda. Dia meninggal pada 1991 karena gagal lever.
Soichiro Honda: Saat merintis bisnisnya  Soichiro Honda selalu diliputi kegagalan. Ia sempat jatuh sakit,  kehabisan uang, dikeluarkan dari kuliah. Namun ia trus bermimpi dan  bermimpi… Cobalah amati kendaraan yang melintasi jalan raya. Pasti, mata  Anda selalu terbentur pada Honda, baik berupa mobil maupun motor. Merk  kendaran ini menyesaki padatnya lalu lintas, sehingga layak dijuluki  "raja jalanan".
  Namun, pernahkah  Anda tahu, sang pendiri "kerajaan" Honda - Soichiro Honda - diliputi  kegagalan. Ia juga tidak menyandang gelar insinyur, lebih-lebih Profesor  seperti halnya B.J. Habibie, mantan Presiden RI. Ia bukan siswa yang  memiliki otak cemerlang. Di kelas, duduknya tidak pernah di depan,  selalu menjauh dari pandangan guru. "Nilaiku jelek di sekolah. Tapi saya  tidak bersedih, karena dunia saya disekitar mesin, motor dan sepeda,"  tutur tokoh ini, yang meninggal pada usia 84 tahun, setelah dirawat di  RS Juntendo, Tokyo, akibat mengindap lever. 
 Kecintaannya kepada  mesin, mungkin ‘warisan’ dari ayahnya yang membuka bengkel reparasi  pertanian, di dusun Kamyo, distrik Shizuoka, Jepang Tengah, tempat  kelahiran Soichiro Honda. Di bengkel, ayahnya memberi cathut(kakak tua)  untuk mencabut paku. Ia juga sering bermain di tempat penggilingan padi  melihat mesin diesel yang menjadi motor penggeraknya.
Di  situ, lelaki kelahiran 17 November 1906, ini dapat berdiam diri  berjam-jam. Di usia 8 tahun, ia mengayuh sepeda sejauh 10 mil, hanya  ingin menyaksikan pesawat terbang. Ternyata, minatnya pada mesin, tidak  sia-sia. Ketika usianya 12 tahun, Honda berhasil menciptakan sebuah  sepeda pancal dengan model rem kaki. Tapi, benaknya tidak bermimpi  menjadi usahawan otomotif. Ia sadar berasal dari keluarga miskin.  Apalagi fisiknya lemah, tidak tampan, sehingga membuatnya rendah diri.
Di  usia 15 tahun, Honda hijrah ke Jepang, bekerja Hart Shokai Company.  Bosnya, Saka Kibara, sangat senang melihat cara kerjanya. Honda teliti  dan cekatan dalam soal mesin. Setiap suara yang mencurigakan, setiap oli  yang bocor, tidak luput dari perhatiannya. Enam tahun bekerja disitu,  menambah wawasannya tentang permesinan. Akhirnya, pada usia 21 tahun,  bosnya mengusulkan membuka suatu kantor cabang di Hamamatsu. Tawaran ini  tidak ditampiknya. Di Hamamatsu prestasi kerjanya tetap membaik. Ia  selalu menerima reparasi yang ditolak oleh bengkel lain. Kerjanya pun  cepat memperbaiki  mobil pelanggan sehingga berjalan kembali. Karena  itu, jam kerjanya larut malam, dan terkadang sampai subuh. Otak  jeniusnya tetap kreatif. Pada zaman itu, jari-jari mobil terbuat dari  kayu, hingga tidak baik meredam goncangan. Ia punya gagasan untuk  menggantikan ruji-ruji itu dengan logam. Hasilnya luarbiasa. Ruji-ruji  logamnya laku keras, dan diekspor ke seluruh dunia. Di usia 30, Honda  menandatangani patennya yang pertama.
Setelah menciptakan ruji,  Honda ingin melepaskan diri dari bosnya, membuat usaha bengkel sendiri.  Ia mulai berpikir, spesialis apa yang dipilih? Otaknya tertuju kepada  pembuatan Ring Pinston, yang dihasilkan oleh bengkelnya sendiri pada  tahun 1938. Sayang, karyanya itu ditolak oleh Toyota, karena dianggap  tidak memenuhi standar. Ring buatannya tidak lentur, dan tidak laku  dijual. Ia ingat reaksi teman-temannya terhadap kegagalan itu. Mereka  menyesalkan dirinya keluar dari bengkel.
Karena kegagalan itu,  Honda jatuh sakit cukup serius. Dua bulan kemudian, kesehatannya pulih  kembali. Ia kembali memimpin bengkelnya. Tapi, soal Ring Pinston itu,  belum juga ada solusinya. Demi mencari jawaban, ia kuliah lagi untuk  menambah pengetahuannya tentang mesin. Siang hari, setelah pulang kuliah  - pagi hari, ia langsung ke bengkel, mempraktekan pengetahuan yang baru  diperoleh. Setelah dua tahun menjadi mahasiswa, ia akhirnya dikeluarkan  karena jarang mengikuti kuliah. "Saya merasa sekarat, karena ketika  lapar tidak diberi makan, melainkan dijejali penjelasan bertele-tele  tentang hukum makanan dan pengaruhnya," ujar Honda, yang gandrung balap  mobil. Kepada Rektornya, ia jelaskan maksudnya kuliah bukan mencari  ijasah. Melainkan pengetahuan. Penjelasan ini justru dianggap  penghinaan.
Berkat kerja kerasnya, desain Ring Pinston-nya  diterima. Pihak Toyota memberikan kontrak, sehingga Honda berniat  mendirikan pabrik. Eh malangnya, niatan itu kandas. Jepang, karena siap  perang, tidak memberikan dana. Ia pun tidak kehabisan akal mengumpulkan  modal dari sekelompok orang untuk mendirikan pabrik. Lagi-lagi musibah  datang. Setelah perang meletus, pabriknya terbakar dua kali.
Namun,  Honda tidak patah semangat. Ia bergegas mengumpulkan karyawannya.  Mereka diperintahkan mengambil sisa kaleng bensol yang dibuang oleh  kapal Amerika Serikat, digunakan sebagai bahan mendirikan pabrik. Tanpa  diduga, gempa bumi meletus menghancurkan pabriknya, sehingga diputuskan  menjual pabrik Ring Pinstonnya ke Toyota. Setelah itu, Honda mencoba  beberapa usaha lain. Sayang semuanya gagal. Akhirnya, tahun 1947,  setelah perang Jepang kekurangan bensin. Di sini kondisi ekonomi Jepang  porak-poranda. Sampai-sampai Honda tidak dapat menjual mobilnya untuk  membeli makanan bagi keluarganya. Dalam keadaan terdesak, ia memasang  motor kecil pada sepeda. Siapa sangka, "sepeda
motor" - cikal bakal  lahirnya mobil Honda - itu diminati oleh para tetangga. Mereka  berbondong-bondong memesan, sehingga Honda kehabisan stok. Disinilah,  Honda kembali mendirikan pabrik motor. Sejak itu, kesuksesan tak pernah  lepas dari tangannya. Motor Honda berikut mobinya, menjadi "raja"  jalanan dunia, termasuk Indonesia.
Bagi Honda, janganlah melihat  keberhasilan dalam menggeluti industri otomotif. Tapi lihatlah  kegagalan-kegagalan yang dialaminya. "Orang melihat kesuksesan saya  hanya satu persen. Tapi, mereka tidak melihat 99% kegagalan saya",  tuturnya. Ia memberikan petuah ketika Anda mengalami kegagalan, yaitu  mulailah bermimpi, mimpikanlah mimpi baru.
Kisah Honda ini,  adalah contoh bahwa Suskes itu bisa diraih seseorang dengan modal  seadanya, tidak pintar di sekolah, ataupun berasal dari keluarga miskin.
5 Resep keberhasilan Honda:
  1. Selalulah berambisi dan berjiwa muda.
  2. Hargailah teori yang sehat, temukan gagasan baru, khususkan waktu memperbaiki produksi.
  3. Senangilah pekerjaan Anda dan usahakan buat kondisi kerja Anda senyaman mungkin.
  4. Carilah irama kerja yang lancar dan harmonis.
  5. Selalu ingat pentingnya penelitian dan kerja.